Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

Jumat, 18 September 2009

filosofi mudik

MUDIK SEBAGAI KEBUTUHAN SCIENTIFIK

Tradisi pulang kampung atau yang populer disebut mudik yang bermakna kembali ke udik pada hari Lebaran, adalah sebagian dari ekspresi kerinduan masyarakat Indonesia untuk pulang kekampung halamannya. Momen ini untuk sebagian masyarakat kita tidak hanya telah menjadi tradisi tahunan, tapi lebih jauh dari itu ia telah menjadi semacam kebutuhan “hati” untuk melepaskan rasa kangen pada orang-orang yang dekat dihati setelah lama tidak bertemu.
Seorang filsuf yunani mengutarakan hal yang selaras dengan hal tadi, yaitu Aristoteles (384-322 sebelum masehi), menyatakan dalam ajaranya, bahwa manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat. dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk social. Diambil dari beberapa media yang mewawancarai sebagian para pemudik, ada beberapa motif atau alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk mudik, jawaban mereka beragam diantaranya mulai dari ingin bersilaturahmi dengan orang tua, mengunjungi sanak saudara yang sudah lama tidak bertemu, sampai hanya sekedar ingin pulang kekampung karena memang libur panjang yang diberikan misal (dinas/ instansi/ perusahaan) hanya pada saat libur lebaran.
Dari beberapa alasan atau motif diatas Rostow (1962), telah mengemukakan beberapa perioda kebutuhan manusia dari manusia masyarakat tradisional, sampai masyarakat perioda konsumsi massa yang tinggi. Disebutkan dalam perioda masyarakat tradisional hanya membutuhkan kebutuhan dasar yang sederhana seperti sandang pangan, dan papan, sedangkan dalam masyarakat periode konsumsi masa yang tinggi kebutuhan masyarakat berubah atau meningkat menjadi prestige semata. Namun demikian Fakta dilapangan menunjukkan bahwa pada perioda masyarakat yang tradisionalpun ternyata membutuhkan kebutuhan prestige (penghormatan, dan pengakuan dari orang lain). Nah, dengan demikian bila dielaborasi mudik sebagai kebutuhan masyarakat ternyata bukan hanya milik golongan masyarakat yang berada pada perioda konsumsi masa yang tinggi saja tetapi juga menjadi kebutuhan golongan yang berada pada perioda masyarakat tradisional.
Kenikmatan yang dirasakan para pemudik baik dari golongan masyarakat yang masih tradisional sampai masyarakat tingkat tinggi antara lain dapat merasakan kembali memori-memori indah masa lalu. Saat interaksi para pemudik dengan keluarga dan masyarakat setempat, masing-masing dapat memberikan dan menerima penghormatan dan pengakuan dari keluarga, kolega, dan masyarakat setempat kepada pribadi masing-masing.
Dengan demikian fenomena mudik yang terjadi sebenarnya membuktikan bahwa manusia hidup harus bermasyarakat dan selalu membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Disamping itu fenomena mudik juga dapat memenuhi kebutuhan “prestige” (baca: pengakuan dan penghormatan) dari orang lain terhadap pribadi.

Read More “filosofi mudik”  »»

 
Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - AdiLucky is proudly powered by Blogger.com Edited By Belajar SEO